Layanan Gratis Konsultan Keuangan, Perencana Keuangan Keluraga

Minggu, 19 Oktober 2014

Mempertahankan Karyawan Agar Betah Di Perusahaan Anda

SAYA ditagih: Mana itu Kiat tentang bagaimana mengupayakan agar ‘staf yang telah dibiayai untuk melanjutkan pendidikan tidak dibajak atau membiarkan dirinya dibajak oleh perusahaan lain?
Terus terang saja, saya memang sedang kekurangan bahan ketika itu. Utung saja, datang Harvard Business Review. Dan karena saya adalah pembaca iklan yang baik, maka terbacalah judul ini: Some of the best IBM people are leaving the company. Wah, ini! Ternyata, meninggalkan tidak selalu berarti keluar. Mereka, 600 orang staf IBM, justru “disuruh” meninggalkan kantor selama setahun untuk mengajar di perguruan tinggi. Gaji mereka tetap dibayar sepenuhnya oleh IBM. Apa maksud semua ini? Iklan itu tidak memberi jawabnya, kecuali menyebutkan bahwa itu adalah bagian dari tanggung jawab sosial sebuah perusahaan besar.
Menurut saya, itu adalah sebuah cara untuk memberi kesempatan para staf untuk memperoleh antidote terhadap pekerjaan rutin yang mungkin telah membuatnya jenuh. Sekaligus mengisi “batere” untuk dipakai lagi dalam situasi kerja yang sangat kompetitif. Seorang yang mengajar tentu hanya bisa melakukannya dengan kompeten kalau ia pun sudah mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ini adalah cara baik untuk “memaksa” seorang mengambil cuti sabbatical yang sangat diperlukan terutama oleh manajer yang sudah terlalu lama berdinas. Yang juga penting dicatat adalah bahwa menjadi pengajar di perguruan tinggi merupakan pekerjaan terhormat yang diingini banyak orang.
Siapa tahu, barangkali itulah kiat IBM mempertahankan orang-orang terbaiknya. Apakah perusahaan tidak akan kacau ditinggalkan para senior yang pergi mengajar. Di sinilah excellence di bidang manajemen membuktikan eksistensinya. Manajemen yang baik tidaklah bergantung pada seseorang, tetapi bergantung pada sistem.
Pada sebuah seminar bisnis yang diselenggarakan Tempo minggu lalu, B.M. Diah pun mengutarakan kerisauan yang serupa. “Saya telah mendidik begitu banyak wartawan. Tetapi, begitu mereka merasa sudah pintar, mereka lalu meninggalkan saya. Mengapa?”
Ya, mengapa? Kita semua pun bertanya. Kita selalu menginginkan staf yang terampil dan mumpuni. Kita sulit mendapatkannya di pasaran tenaga kerja. Lalu, dengan penuh kesabaran dan banyak biaya kita melatih mengembangkan seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara kompeten. Ia ternyata responsif dan dapat menyerap keterampilan baru yang diajarkan. Ia kemudian menjadi seorang staf yang kompeten. Namanya pun mulai disebut-sebut dalam bursa manajer. Tawaran demi tawaran akan dialamatkan kepadanya sampai pada suatu ketika ia toh tergoda untuk tidak menampik sebuah tawaran yang terlalu bagus. Lalu ia pun lupa kepada “sekolah”-nya dan pergi merumput ke padang yang lebih hijau.
Bagaintana ini dapat dicegah? Akan banyak jawaban terhadap pertanyaan ini. Jawaban yang tampaknya cocok untuk kondisi A belum tentu cocok untuk kondisi B. Karena itu, “resep-resep” di bawah ini jangan terlalu diandalkan. Rules are obedience for the fools, and guidance for the wise.
Pengatasan yang klasik adalah dengan menandatangani perjanjian. Seorang yang dikirim perusahaan untuk belajar selama setahun tanggungan perusahaan harus menandatangani perjanjian untuk tidak mengundurkan diri dalam waktu dua tahun setelah ia kembali menjalani pendidikan itu.
Cara ini tentu saja mempunyai kelemahan. Pertama, karyawan yang menerima fasilitas itu merasa bahwa dirinya tidak sepenuhnya dipercaya Kedua, setelah masa perjanjian itu usai, ia merasa berhak dan sah untuk pergi.
Di Indonesia sudah makin banyak dilakukan promosi jabatan bagi staf yang telah selesai mengikuti pendidikan tambahan. Ini pun hal yang Ia dilakukan di negara-negara maju. Cara ini tidak saja dilakukan terhadap mereka yang baru pulang dari pendidikan, tetapi juga untuk mengikat wanita yang potensial dan baru saja menikah. Banyak wanita yang setelah menikah lalu memilih tinggal di rumah. Kalau kepadanya diberikan tanggung jawab lebih besar, tentulah ia merasa dirinya lebih dibutuhkan di kantor.
J. Sadiman, Direktur Institut Pendidikan Bisnis dan Pembinaan Manajenen punya kiat sendiri. Pada saat ini saja ada 18 orang staf IPPM yang berada di luar negeri untuk melengkapi pengetahuannya. Biayanya saja mencapai setengah milyar rupiah setahun, belum termasuk gaji yang harus tetap dibayarkan.
Apa kiatnya? “Saya tidak pakai kontrak atau perjanjian. Saya hanya mengisi mereka dari dalam. Saya katakan kepada mereka bahwa negara ini membutuhkan orang-orang yang penuh pengabdian di bidang pendidikan dan pembinaan manajemen. Selebihnya bergantung kepada Apakah kita bisa bicara untuk meyakinkan mereka? Apakah kita menunjukkan bahwa kita meyakini hal itu? Apakah kita mampu memberikan suasana kerja yang menyenangkan dan kebebasan berkreasi kepada mereka? Tanpa itu semua, kita hanya menciptakan orang yang frustasi.”

Mempertahankan Karyawan Agar Betah Di Perusahaan Anda Rating: 4.5 Diposkan Oleh: KONSULTAN KEUANGAN GRATIS

0 comments:

Posting Komentar